Oleh :Frans Oktovianus
Di era informasi komunikasi yang semakin menggelobal, media massa tumbuh demikian pesat, tidak hanya media-media lama semisal koran, radio dan televisi, juga media-media baru seperti internet yang hadir dengan beragam tampilannya. Seiring dengan itu informasi yang beragam mengalir ke dalam pikiran-pikiran kita, menembus ruang-ruang publik hingga yang pribadi sekalipun nyaris tanpa kendali atau sensor dari kita. Sebagian dari kita menerima begitu saja menjadi pengkonsumsi pasif bahkan menjadi korban dari apa yang “benar” menurut media. Padahal apa yang disajikan media kepada kita bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja. Ia adalah suatu produk yang didesain sedemikian rupa agar terlihat nyata dan menarik.
Meski informasi media memiliki peran dalam menyentuh sisi kemanusiaan kita, di sisi lain, terkadang apa yang disajikan media sama sekali tidak memiliki keberpihakan pada publik dan cenderung meladeni kepentingan sang pemilik media.
Dalam media massa, khususnya televisi, batas antara yang nyata dan mimpi, seni dan seksualitas, hiburan dan spiritual menyatu di dalamnya. Di pagi hari kita disuguhi dengan ceramah-ceramah keagamaan, namun setelah itu gosip-gosip tentang kehidupan pribadi orang lain menjadi santapan selanjutnya. Belum lagi tayangan sinetron yangdipenuhi oleh orang-orang yang “sok” kaya, menjamurnya tayangan dunia mistik, gegap gempita dunia musik, dramatisasi ungkapan cinta seolah menjadi ciri khas media massa dewasa ini. Ditambah lagi dengan banyaknya tayangan berbau kekerasan maupun pornografi yang lolos sensor telah menjadi sajian utama ketika anggota keluarga duduk bersama menonton televisi yang tentunya hal itu akan berdampak negatif apabila ditonton oleh kelompok rentan (anak-anak dan remaja) tanpa adanya bimbingan bagi mereka.
Dampak buruk tersebut kemungkinan bukan hanya menyentuh kelompok rentan, namun tidak menutup kemungkinan masalah ini pula akan menyentuh kelompok dewasa apabila tidak adanya sebuah kemampuan menyaring serta mem-filter isi siaran.
Partisipasi masyarakat di butuhkan dalam mengontrol isi siaran, mana yang terbaik untuk khalayak di mana masyarakat mampu selektif dalam memilih tayangan untuk ditontonnya.
Dengan kata lain tumbuhnya kemampuan khalayak dalam menerima contain siaran serta memilih tayangan yang bersifat mendidik dan informatif,
yang kemudian pengetahuan tersebut menjadi stimulan ke arah intervensi terhadap tayangan yang berbau negatif yang secara otomotis masyarakat tergerak sadar meninggalkan chanel televisi yang memutar tayangan yang berbau negatif.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa kemudahan bagi siapa pun memelajari ilmu dan pengetahuan dari media massa. Media seperti perpustakaan yang koleksi bacaannya dan visualnya dapat dibawa pulang ke rumah. Tak heran jika kita dapat membangun kecerdasan lewat akses terhadap media. Misalnya, seorang anak yang belum masuk sekolah di Jakarta dapat menguasai bahasa Inggris tanpa diketahui orangtuanya! Selidik punya selidik, sang anak yang istimewa ini sering menonton film Barat di televisi. Ia cerdas berkat televisi.
Menganggap media sebagai sumber informasi yang bermanfaat semata-mata dapat menjerumuskan manusia ke kubangan yang mereduksi kualitas hidup. Tak dapat dimungkiri bahwa banyak produk media tidak sesuai dengan nilai-nilai sosietal yang hendak dibangun, misalnya ajakan kepada gaya hidup hedonis, pornografi dan pornoaksi, agresivitas, bullying , politicking, dan konstruksi lain dengan agenda tersembunyi. Banyak pihak melakukan persuasi kepada khalayak melalui tayangan yang “cantik” di media, tetapi sebetulnya punya niat yang kurang baik. Iklan-iklan yang mengundang decak kagum berserakan, tetapi sebetulnya mengajak kita untuk merokok.
Di sisi lain, menganggap media sebagai hal yang harus disingkirkan juga menghilangkan peluang untuk kita mengasah kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Howard Gardner (1999), mengemukakan definisi kecerdasan yakni suatu potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar kultural untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang merupakan nilai dalam suatu kultur. Jelaslah bahwa kecerdasan dapat diasah melalui media. Sehingga menafikan media merupakan tindakan yang tidak bijaksana.
Melihat kenyataan bahwa media memiliki dua sisi yang berlawanan itu mencuatkan masalah, bagaimanakah kita menyikapi dan menyiasati realitas media agar kita mampu mengoptimalkan peran media dalam menumbuh-kembangkan kecerdasan kita?
Maraknya media massa yang bermuncullan khususnya media penyiaran bak cendawan di musim hujan merupakan wujud dari kebebasan berekspresi yang sedang diagung-agungkan oleh seluruh pihak. Namun pada kenyataannya, sejalan
dengan pesatnya pertumbuhan media penyiaran sehingga kebebasan berekspresi justru mengalami degradasi atau penurunan kontrol sosial baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri sehingga mengakibatkan terjadinya dekadensi moral yang struktural.
Untuk menciptakan dunia penyiaran yang sehat dibutuhkan ketetapan aturandan pengawasan bagi seluruh penyelenggara penyiaran di Indonesia agar pemangku kebijakan bisa menjaga wewenang dan tugas masing-masing tanpa saling intervensi, sehingga terbentuklah Komisi Penyiaran Indonesia yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
- Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia;
- Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;
- Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait;
- Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang;
- Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; dan
- Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.
Pasal 3 UU No. 32 tahun 2002 mengamanatkan “Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.”.
Dengan landasan tersebut, KPI menetapkan Visi “Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat”. Selanjuntya visi tersebut dijabarkan dalam misi-misi KPI sebagai berikut :
- Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang;
- Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran yang tertib dan teratur, serta arus informasi yang harmonis antara pusat dan daerah, antarwilayah Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional;
- Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat dan bermartabat;
- Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk pembentukan intelektualitas, watak,moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai dan budaya Indonesia;
- Menetapkan perencanaan dan pengaturan serta pengembangan SDM yang menjamin profesionalitas penyiaran.
Karakteristik Media Penyiaran
Televisi
Karakteristik Televisi
- Audiovisual : Televisi memiliki kelebihan yang dapat di dengar sekaligus dilihat
- Berpikir dalam gambar
- Pengoprasian lebih kompleks : melibatkan banyak orang
Faktor-faktor yang di perhatikan
- Pemirsa
- Waktu
- Durasi
- Mode penyajian Trend Televisi Suskses suatu program acara pada media televise seringkali diikuti oleh stasiun TV lainnya dalam hal-hal yang sejenis (copycat).
Kelebihan Televisi
- Dapat dinikmati oleh siapa saja
- Dapat menjangkau daerah yang luas
- Waktu siarannya sudah tertentu
- Memiliki daya penyimpanan dan pengaruh yang kuat karena dapat memberikan kombinasi antara suara daya gambar yang bergerak
- Memudahkan para audiesnya untuk memahami yang diiklankan
- Tidak memerlukan keahlian dan kemampuan membaca seperti pada media cetak. Dengan gambar-gambar, semua orang sudah cukup mengerti maknanya. Kelemahan Televisi
- Biaya relative tinggi - Hanya dapat dinikmati sebentar (pesan berlalu sangat cepat)
- Khalayak yang selektif (tidak setajam media lainnya kemungkinan menjangkau segmen tidak tepat karena pemborosan geografis)
- Kesulitan teknis
- Tidak semua tempat dapat dicapai gelombang penyiaran televisi
- Tidak semua orang memiliki pesawat televise Melihat harganya yang relative mahal.
Radio
Karasteristik Radio
- Auditori : untuk didengar
- Radio is the now : ditinjau dari nilai aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling actual.
- Imajinatif : karena hanya indra pendengar yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya puas selintas maka radio saran dapat mengajak komunikaanya untuk berimajinasi
- Akrab : sifat radio saran lainnya adalh akrab atau intim
- Gaya percakapan : “keep it simpe, short and conversational’’
- Menjaga mobilitas : kita jarang mendengarkan acara radio siaran dengan cara duduk dan mendekat telinga pada pesawat radio
Kelebihan Radio Siaran
Keunggulan radio saran adalah berada dimana saja radio mempunyai kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirangsang khusus untuk khalayak tertentu.
Radio dianggap kekuatan kelima.
Factor-faktor yang memengaruhi kekuatannya adalah:
- Daya langsung : radio saran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarannya yang relative cepat
- Daya Tembus : melauli benda kecil yang dinamainya radio siaran, kita dapat mendengarkan siaran berita dari BBC di London , atau ABC di Australia.
- Daya Tarik : disebabkan sifatnya yangserba hidup berkat tiga unsur yang padanya, yakni music kata-kata dan efek suara.
- Biaya relative rendah (dalam arti hardware-nya serta dalam produk siarannya)
- Dapat diterima oleh siapa saja
- Dapat menjangkau daerah yang culup luas
- Bersifat auditif
- Lebih leluasa dalam penyampaian pesan-pesannya tanpa banyak varian-variannya.
Menimbulka audio imaginative efek yang ditimbulkan lebih dasyat dari pada efek visual.
- Daya tembus yang besar tidak mengenal rintangan. Radio yang menggunakan gelombang SW,MW, mempunyai kemampuan penetrasi area yang luas sehinnga pesan yang disampaikan dapat mengatasi jarak ruang dan waktu.
- Merupakan sarana yang cepat dalam menyebarluaskan informasi
- Radio dapat diterima dan didengar diareal tanpa listrik atau tidak selalu membutuhkan daya listrik - Praktis (portable dapat dibawah kemana-mana dan audience selectivity
- Mengatasi buta huruf artinya para pendengar radio tidak dituntut untuk bisa membaca
Media Online/Internet
Karasteristik media online internet
- Media & komunitas online cenderung bersifat bebas. Bebas kepemilikan, bebas seekat-sekat social umum, bebas kepemilikan, bebas dari interfensi otoritas/ social/ agama/ pemerintah dan sejenisnya,bebas penggguna dan bebas hambatan jarak, ruang dan waktu.
- Bebas kepemilikan, media komunitas online memang dibuat oleh suatu pihak (personal/institusi) - Bebas sekat social. Media dan komunitas tidak mengenal sekat-sekat social layaknya media/komunitas di dunia nyata (offine)
- Bebas intefensi.hingga titik tertentu, semua media atau komunitas internet bebas interfensi pihak luar. - Tidak adanya batasan jarak, ruang dan waktu.artinya informasi tersebut akan bisa menjangkau dan dijangkau oleh siapapun, dimapun, dan kapanpun,
- Anonym adalah suatu sikap yang merujuk pada ketidak jelasan/ketidak pastian identitas seseorang/suatu pihak.
- Aksebilitas tinggi. Sipapun anda dimanapun berada kapanpun mau anda bisa mengakses informasi yang ada dimedia atau komunitas apapun didunia maya. Kelebihan Media Online/Internet
- Berita langsung dapat diterbitkan. Setelsh diposting secara otomatis bisa langsung terbit tanpa harus di cetak.
- Banyak pilihan - Gabungan dari audio, visual, gambar dan tulisan Kelemahan Media Online/Internet
- Untuk mendapatkan berita hak selalu terhubung dengan internet, jadi hanya orang yang mampu untuk browsing yang bisa menikmati media online atau dari kalangan tertentu
- Biaya relative mahal karena harus memiliki PC atau Laptop dan paling tidak WI-FI atau Hostpot atau Speady
- Belum meratanya jaringan internet. Apalagi dipedesaan yang jauh dari jaringan internet karena biasanya hanya orang perkotaan yang bisa mengakses internet.
- Kebanyakan isi belum bisa dipertanggungjawabkan. Karena kebanyakan media online tidak ada pengeditan atau filter. Jadi penulis atau memosting berita biasanya dari berbagai macam kalangan.
Sumber :
http://suripto3x.wordpress.com/2010/03/31/komisi-penyiaran-indonesia-dalam-sistem-administrasi-negara-tinjauan-terhadap-urgensi-dan-peran-kpi-suripto-s-sos1/
http://imaginativecenda.blogspot.com/2011/02/karakteristik-media.html
http://forumduniahukumblogku.wordpress.com/2012/04/07/peranan-komisi-penyiaran-indonesia-kpi-dalam-penegakan-hukum-penyiaran-di-indonesia/
http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/fix%20%201%20LUAR%20INTERNET%20DAN%20MASYARAKAT%20CERDAS%20%20.pdf
http://kajiankomunikasi.wordpress.com/2008/09/19/cerdas-dari-media-dan-cerdas-bermedia/
http://luthfiubhara.blogspot.com/2013/03/cerdas-bermedia.html
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3959/Menkominfo+Minta+Stasiun+Televisi+Hadirkan+Program+Berita+yang+Informatif%2C+Mendidik+dan+Sehat/0/berita_satker#.U2LwWoZ3i1E
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/04/22/wakil-presiden-menuju-penyiaran-yang-tanpa-takut-tanpa-imbalan
http://tipsmotivasihidup.blogspot.com/2013/02/engertian-media-penyiaran-sejarah.html
http://www.jatimprov.go.id/site/gus-ipul-media-penyiaran-telah-mampu-mengedukasi/