HALAMAN INI MENGANGKAT TENTANG ARTIKEL DAN OPINI PUBLIK TAHUN 2014

Senin, 14 Maret 2016

PENGARUH TEKNOLOGI DALAM PERISTIWA GERHANA MATAHARI

Oleh
Yamlikh Azikin, S.Kom, M.Si

Gerhana matahari total (selanjutnya disebut GMT) akan muncul lagi besok tanggal 9 Maret 2016. Pemerintah Indonesia telah berupaya dengan berbagai cara agar momen ini menjadi momen pariwisata internasional. Langkah yang ditempuh ini nampaknya berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah pada peristiwa yang sama sebelumnya. Gegap gempitanya GMT saat ini berbeda dengan gegap gempitanya puluhan tahun yang lalu.GMT sebenarnya peristiwa alam biasa saja, yang tidak biasa adalah kemunculannya yang cukup lama di tempat sama,meskipun dalam satu wilayah bisa dihitung dalam beberapa tahun. Indonesia sendiri sudah sering melihat fenomena GMT,bahkan pada abad 19 sudah nampak pada tahun 1901. Wilayah yang mendapat fenomena GMT pada 18 Mei 1901 adalah Padang, Jambi, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, Palu, dan Ambon. Berikutnya pada 14 Januari 1926 di wilayah Bengkulu, Palembang, Pangkal Pinang, Bangka Belitung, dan Pontianak. Tanggal 9 Mei 1929 daerah Aceh dan Sumatera Utara. Wilayah selanjutnya Manado dan Maluku Utara pada tanggal 13 Februari 1934, kemudian Palu dan Papua pada tanggal 4 Februari 1962.

Fenomena langka ini terjadi lagi tanggal 11 Juni 1983 di daerah Yogyakarta, Semarang, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya, Makassar, Kendari, dan Papua. Berikutnya tanggal 22 November 1984 terjadi lagi di Papua. Palembang, Bengkulu, Pangkal Pinang, dan Bangka Belitung melihat GMT selama 2 menit 19 detik pada tanggal 18 Maret 1988, dan kembali lagi tanggal 24 Oktober 199 di Sangihe dengan waktu 1 menit 53 detik. Indonesia tahun ini melihat fenomena GMT lagi besok tanggal 9 Maret 2016 di wilayah Palembang, Palangkaraya, Balikpapan, Palu, dan Ternate.

Ketika Gerhana Matahari Total melintasi wilayah Jawa, Sulawesi dan Papua pada 1983, pemerintah Suharto melarang masyarakat untuk melihat gerhana secara langsung karena dianggap dapat menimbulkan kebutaan. Dari semua kejadian yang ada tersebut,fenomena terlama nampaknya yang terjadi pada tahun 1983, yaitu sekitar 30 menit dari mulai awal sampai berakhirnya GMT. Sayangnya kejadian terlama pada tahun 1983 tersebut sedikit memprihatinkan terkait dengan munculnya mitos yang menyesatkan dan juga memalukan dalam kacamata ilmu pengetahuan. MITOS tentang GMT memang sudah berabad-abad ada di Indonesia, tetapi pengaruh mitos tersebut nampaknya bergeser sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Guru besar Ilmu Astronomi ITB Bambang Hidayat yang ketika itu menjadi wakil ketua Panitia Nasional Gerhana Matahari masih mengingat bagaimana jalanan yang dilaluinya ketika menuju tempat pemantauan gerhana di Jawa Tengah tampak sepi.

“Wah ketat sekali, daerah yang kami lalui ini saja beberapa distop dan ditanya, dari mana, kami jawab kami ini astronom yang kebetulan baru saja menyelesaikan tugas di Lembang dan ingin melihat gerhana matahari, polisi di daerah Kudus, Pati, Cepu ga bisa apa-apa,” jelas Bambang.Menurut dia, lokasi pengamatan gerhana para astronom di Cepu juga dipadati warga yang ingin menyaksikan peristiwa itu. Ketika itu, mantan Wapres Adam Malik juga mengamati gerhana di Tanjung Kodok.Bambang mengatakan saat itu tidak ada usaha dari pemerintah untuk mengedukasi masyarakat untuk menyaksikan fenomena alam ini dengan aman.

Berikut Mitos dan Fakta seputar Gerhana matahari yang beredar di Indonesia: 

MITOS
Matahari ditelan
Hilangnya matahari atau bulan dianggap, karena disebabkan oleh sosok supranatural berupa buto ijo, Batara Kala atau penamaan lainnya. Mahluk supranatural itu diyakini menelan benda langit tersebut. Gelap dianggap keburukan.

Musibah atau bencana
Gerhana matahari merupakan tanda adanya bencana dan kerusakan. Ini merupakan awal dari kemarahan Tuhan

Orang hamil jangan keluar rumah
Fenomena gerhana matahari diyakini bisa menyebabkan bahaya pada wanita hamil dan anak yang belum lahir. Beberapa ibu hamil dan anak kecil diharuskan untuk tetap berasa di rumah selama gerhana berlangsung, ada juga yang haus berlindung di kolong ranjang. Kalau tidak, bayi yang lahir bakal cacat.

Melihat langsung gerhana matahari bakal buta
Ada keyakinan jika langsung melihat gerhana matahari mata pengamat langsung mengalami buta.
Aman, melihat gerhana melalui air di baskom
Banyak warga yang masih meyakini, cara menikmati gerhana matahari yang aman adalah menggunakan media air dalam wadah.

Pukul kentongan atau lesung untuk mengusir kegelapan matahari
Memukul kentongan untuk mengusir mahluk supranatural atau Batara Kala yang ingin menelan matahari. Kentongan atau lesung dianggap mewakili tubuh Bataka Kala yang terpisah dengan kepalanya setelah dipenggal oleh dewa. Kepala Batara Kala diyakini marah dan akhirnya berusaha terus menelan matahari.

FAKTA
Matahari tidak ditelan
Matahari hilang dan suasana gelap bukan karena ditekan mahluk supranatural. Sang surya menghilang karena cahayanya tertutupi bulan yang melintas depan matahari.

Bukan musibah atau bencana
Munculnya gerhana matahari adalah fenomena alam biasa. Kedatangannya juga tak berdampak signifikan bagi alam lingkungan. Tak sebabkan gempa, banjir atau bencana lainnya.

Lihat langsung berpotensi buta, tapi..
Berbahaya melihat langsung gerhana matahari dengan mata telanjang. Sebab sinar gerhana matahari bisa membakar retina dan menyebabkan kebutaan. Disarankan saat gerhana matahari masih tampak, segeralah pakai alat yang dilengkapi filter/penyaring sinar maupun kacamata khusus gerhana matahari.

Saat GMT boleh melihat tanpa alat, namun saat bulan mulai berpindah, langsung pakai lagi kacamata khusus atau alat penyaring. Saat matahari muncul lagi, pupil mata tak cukup cepat menutup dan akan dihantam cahaya matahari yang merusak mata.

Waspada lihat gerhana melalui baskom air
Cara seperti ini juga masih berisiko. Sebab pantulan sinar matahari saat gerhana melalui media baskom air masih sangat kuat. Berbahaya dan berisiko. Cara yang aman adalah melihat dengan menggunakan media filter.

Pukul kentongan usir gerhana
Tradisi ini muncul karena pengaruh mitos kuat. Pukul lesung atau kentongan dilakukan untuk mengusir mahluk supranatural yang menelan matahari. Padahal tanpa melakukan ritual memukul pun, gerhana akan tetap hilang.

GMT pada tahun 2016 ini sangat jauh berbeda kondisinya dengan waktu sebelumnya. Kondisi ini barangkali juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi,diantaranya dengan adanya arus informasi melalui jaringan internet dan banyaknya masyarakat yang mempunyai smartphone untuk mengakses internet guna mendapatkan informasi tentang GMT. Kemunculan GMT pada tahun 2016 ini memang tidak segegap gempita tahun-tahun sebelumnya,namun arahnya yang mulai bergeser seiring dengan hilangnya mitos akibat teknologi serta munculnya pemahaman baru di sebagian rakyat kebanyakan. Pemerintah pada tahun ini justru menyosialisasikan sebagai sarana wisata bagi turis,baik wisnu maupun wisman.

Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Dalam ilmu pengetahuan Gerhana Matahari terbagi atas 4 jenis :
·      
           Gerhana total, terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
·         Gerhana sebagian, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
·       
        Gerhana cincin, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
·          
     Gerhana hibrida, bergeser antara gerhana total dan cincin. Pada titik tertentu di permukaan bumi, gerhana ini muncul sebagai gerhana total, sedangkan pada titik-titik lain muncul sebagai gerhana cincin. Gerhana hibrida relatif jarang.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan fenomena gerhana ini tak lepas dari mitos tradisional itu dan mitos modern bahwa akan membuat mata buta.Menurut Thomas cahaya matahari ketika gerhana dan sehari-hari sama bahayanya, jadi disarankan hanya melihat secara sekilas saja."Tidak boleh terlalu lama karena bisa membahayakan mata, terutama ketika proses gerhana terjadi, tetapi ketika fase total justru aman untuk mata," jelas Thomas.
Dia menyarankan agar masyarakat yang ingin melihat gerhana menggunakan kacamata matahari yang bisa meredupkan cahaya matahari 100.000 kali. Alat lain yang dapat dipakai yaitu kacamata hitam, bisa membantu meredupkan cahaya matahari, kaca dengan jelaga, atau disket."Atau bekas film rontgen dan fotografi itu bisa digunakan untuk melihat proses gerhana itu harus hati-hati dan tidak bisa terlalu lama,” jelas Thomas.
Tetapi setelah 33 tahun, masyarakat dan pemerintah kini antuasias menyambut gerhana, termasuk Belitung. Pemerintah daerah yang dilintasi gerhana matahari total menyiapkan sejumlah acara, dan melihat keuntungan ekonomi yang sangat besar dari fenomena alam yang langka ini.Thomas mengatakan gerhana matahari total baru dapat melintasi daerah yang sama dalam kurun waktu sekitar 300 tahun.

“Kecuali memang ada daerah yang beruntung seperti Sumatera Selatan dan Bangka itu mendapatkan gerhana pada 18 Maret 1988, kemudian 9 Maret 2016 itu berulangnya itu 28 tahun, kalau gerhana matahari sebagian sering, ini yang total kalau seperti Jawa berulangnya secara rata-rata itu di atas 300 tahun sekali,” jelas Thomas.

Indonesia akan mengalami Gerhana Matahari Total (GMT) dan Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada 9 Maret 2016. GMT terjadi ketika piringan matahari tertutup seluruhnya oleh piringan bulan yang melintas di antara matahari dan bumi.

Secara statistik, Gerhana Matahari Total terjadi di suatu lokasi setiap 375 tahun. GMT terakhir yang teramati di Indonesia adalah GMT 18 Maret 1988 (Sumatera, Kalimantan) sedangkan GMT berikutnya adalah GMT 20 April 2023 (Timor, Papua). Pada saat gerhana, ukuran sudut Bulan 4 persen lebih besar dibandingkan ukuran sudut matahari. Kondisi ini memungkinkan pengamat yang berada di jalur totalitas menyaksikan korona matahari ketika piringan matahari tertutup seluruhnya. Di luar jalur totalitas, Gerhana Matahari Sebagian dapat diamati.

Bagi peneliti, GMT merupakan peluang untuk memahami alam semesta. Beberapa penemuan besar yang melibatkan gerhana di antaranya dilakukan oleh Edmund Halley (1685) dan Artur Eddington (1919). Edmund Halley menemukan adanya perlambatan rotasi bumi. Perlambatan rotasi bumi mengakibatkan satu hari menjadi lebih lama dan bulan menjadi semakin jauh dari bumi. Sementara itu, Arthur Eddington berhasil membuktikan teori relativitas Einstein dengan pengamatan pembelokan cahaya bintang saat GMT 29 Mei 1919. LAPAN sebagai penggagas acara GMT memberikan kesempatan sebesarnya kepada para peneliti. Pada GMT 9 Maret 2016 ini, LAPAN mengirimkan ekspedisi penelitian di pelosok negeri. Di Palembang, peneliti atmosfer mengamati respon atmosfer Bumi saat gerhana. Diteliti juga mengenai dampak GMT terhadap perubahan intensitas radiasi matahari dan parameter fisik seperti temperatur. Selain itu, juga dilakukan penelitian dampak GMT terhadap laju fotosintesis yang diamati dengan perubahan pola-pola diurnal karbondioksida.

Gerhana matahari total 9 Maret 2016 mendatang diprediksi akan berlangsung selama lebih dari 1 jam untuk setiap area waktu. Prakiraan berakhirnya gerhana matahari total untuk setiap area waktu adalah pukul 08.36 WIB, 10.00 WITA, dan 11.24 WIT. Durasi gerhana matahari total terlama akan dialami oleh daerah Maba, Maluku Utara yaitu hingga 3 menit 19 detik. Berkaitan dengan gerhana matahari total ini, Kementrian Pariwisata akan menjadikan fenomena ini sebagai obyek wisata nasional.


Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerhana_matahari
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/745348-mitos-vs-fakta-gerhana-matahari-total
 

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus