HALAMAN INI MENGANGKAT TENTANG ARTIKEL DAN OPINI PUBLIK TAHUN 2014

Senin, 09 Mei 2016

Perkembangan dan Tantangan E-Commerce di Indonesia

Oleh
Yamlikh Azikin, S.Kom, M.I. Kom


Di tengah perkembangan ekonomi yang mulai mebaik secara global, Indonesia menjadi salah satu negara yang disasar oleh perusahaan-perusahaan raksasa teknologi seperti Apple,Samsung, BlackBerry, HTC, dan lain-lain untuk memasarkan produk smartphone terbaru mereka. Smartphone yang dipasarkan di Indonesia membidik semua kalangan, dimulai dari low-end sampai dengan segmen high-end.Bahkan saat ini mulai banyak terlihat merek-merek lokal yang menawarkan smartphone buatan perusahaan Indonesia yang ditawarkan dengan harga terjangkau, dengan kualitas dan spesifikasi yang tidak kalah bersaing dengan smartphone dari luar negeri.
Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.
Pesatnya penggunaan smartphone juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan jumlah pelanggan internet di Indonesia. Terlebih dengan meningkatnya persaingan layanan data yang ditawarkan oleh perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia, seperti operator seluler dan penyedia jasa internet (internet service provider).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Spire, rata-rata pengguna internet di Indonesia berasal dari kelompok usia 21–25 tahun, dan lebih dari setengahnya adalah perempuan.
Segmen youth sendiri adalah segmen yang banyak disasar oleh pelaku bisnis di Indonesia, terutama seperti terlihat dari kampanye pemasaran yang dilakukan operator-operator seluler di Indonesia. Perilaku muda-mudi yang ingin selalu up-to-date di situs jejaring sosial dan gemar berkomunikasi dalam kelompok menjadikan kebutuhan akan telekomunikasi sangatlah penting bagi mereka.
Hal ini yang dimanfaatkan oleh para operator yang bersinergi dengan perusahaan teknologi/elektronik untuk menawarkan program dan produk yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka, seperti paket data yang terjangkau dan paket bundling smartphone.
Tingginya tingkat adopsi smartphone di Indonesia juga dipicu oleh bertambahnya porsi jumlah penduduk yang memiliki kemampuan ekonomi kelas menengah (emerging middle class). Pertumbuhan populasi EMC ini didorong oleh tingginya tingkat konsumsi mereka dikarenakan membaiknya kemampuan ekonomi kalangan tersebut.
Tentunya faktor-faktor ini menjadi daya tarik tersendiri untuk para pelaku bisnis, terutama yang bergerak di bidang ritel dan jasa. Akan tetapi, dengan tingginya tingkat mobilitas masyarakat Indonesia saat ini, perusahaan dituntut untuk menjalankan usaha  mereka  dengan cara yang lebih praktis. Dalam merespons hal tersebut, banyak perusahaan yang mulai beralih dari bisnis konvensional menjadi online, menggunakan e-commerce.
Secara umum Ada 5 konsep E-Commerce yang beroperasi di Indonesia.
1.        Online Retail Shop
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu ” Retailer” yang berarti ” Memotong menjadi kecil kecil” (Risch, 1991). Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. Dalam kamus Bahasa Inggris – Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai “Eceran”. Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan. Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994). Secangkan Online retail Shop adalah penjualan yang di lakukan secara elektronik dengan menggunakan koneksi internet.
2.        Market Place
Market Place adalah model bisnis yang mana website yang bersangkutan tidak hanya membantu mempromosikan barang dagangan saja, tapi juga memfasilitasi transaksi uang secara online. Pada sistem belanja online ini, sebuah website menyediakan lahan atau tempat  bagi para penjual untuk menjual produk-produknya. Di website inilah kita akan menemukan produk dari penjual yang berbeda, ada juga beberapa penjual dari online shop. Setiap produk yang terdapat dalam website tersebut telah diberikan spesifikasi dan penjelasan kondisi produknya, sehingga pembeli dapat langsung mengklik tombol “beli” kemudian melakukan transfer sejumlah harga yang tercantum. Pada sistem belanja ini, penjual tidak melakukan tanya jawab kepada pembeli dan tidak ada diskon ataupun tawar menawar seperti pada online shop. Contoh dari marketplace diantaranya adalah tokopedia.com, olx.co.id, bukalapak.com, dll.
3.        Daily Deal Service
Daily Deal Service adalah salah satu bentuk dari e-commerce yang menawarkan diskon produk atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Anggota situs daily deals akan menerima penawaran online melalui email dan jejaring sosial, atau dapat membelinya melalui website.
Dalam hal ini pengelola situs daily deals yang bertanggung jawab mempertahankan data para pelanggan, bukan pemasok atau merchant yang menawarkan produk.
Setelah jumlah minimum penawaran terjual dan pembayaran dilunasi, voucer elektronik dikirimkan via email untuk ditukarkan dengan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pemasok. Voucer yang dibeli dari situs daily deals biasanya berakhir setelah jangka waktu tertentu.
4.        Classified Ads
Dalam bahasa indonesia adalah iklan baris adalah salah satu cara promosi barang dan jasa yang umumnya ditemukan di koran. Cara ini merupakan pengembangan dari promosi iklan yang mengutamakan daya tarik dengan gambar dan dengan informasi yang lebih lengkap dan terperinci dalam bentuk teks.
Iklan baris mengutamakan informasi yang paling inti yang perlu diketahui oleh peminatnya. Karena itu biasanya iklan baris hanya memuat informasi seperlunya dan hanya membutuhkan beberapa baris saja. Biasanya koran-koran mensyaratkan iklan baris minimal 2-3 baris dilengkapi sekali dengan laman, nomor telepon, dan sebagainya untuk menambah keberkesanan iklan baris tersebut.
Karena tidak menggunakan gambar sebagai daya tariknya, iklan baris dimuat secara berkelompok sesuai dengan isinya. Misalnya, kelompok barang yang dijual dipasang dalam baris yang berbeda dengan kelompok barang yang dicari. Selanjutnya, barang-barang yang dijual pun diklasifikasikan lebih jauh: tanah, rumah, mobil, motor, dll.
Penjual atau pembeli biasanya memberikan nomor telepon atau alamat rumah di mana barang itu dapat dilihat, dibeli, dan diambil.
Karena ukurannya jauh lebih kecil daripada iklan biasa, iklan baris umumnya lebih murah daripada iklan-iklan lain. Pemuatannya pun jauh lebih sederhana karena tidak membutuhkan art-work atau ilustrasi grafis, sehingga koran-koran umumnya dapat menerima iklan baris untuk segera dimuat dalam penerbitan esok harinya.
Perkembangan teknologi media pada masa kini membuat iklan baris tidak lagi terbatas pada koran, tetapi juga media lainnya, seperti internet.
Kebanyakkan Iklan Baris kini lebih di tumpukan pada laman ataupun blog dengan menggunakan kaedah teknologi baru di laman internet seperti blogger.com dan juga wordpress. Namun pada perkembangannya iklan baris ini dapat juga di temukan di situs-sirus web media dan yang lainnya.
5.        Forum & Social Network / Instant Messanging
Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark  sosial. Sedangkan  Instant  Messenger  (IM) adalah aplikasi yang membutuhkan koneksi internet untuk saling berkomunikasi baik dan pertukaran data baik itu dalam bentuk chat,gambar maupun video, IM yang populer di indonesia antara lain, LINE, WhatasApp, BBM, dan yang lainnya.
Pada tahun 2010, konsep daily deal service (DDS) yang diperkenalkan oleh Groupon dan LivingSocial menjadi populer di Indonesia. Terdapat lebih dari 30 pemain bersaing memperebutkan kue di pasar yang sedang berkembang.

Berdasarkan hasil interview yang telah dilakukan oleh Spire, sebagian besar pelaku industri e-commerce menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam industri ini adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk menggunakan e-commerce.Berdasarkan riset Online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan oleh BMI research mengungkapkan nilai belanja online pada 2014 mencapai 21 triliun. Sedangkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sampai  Januari 2016, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 88,1 juta, dimana 48 persen di antaranya merupakan pengguna internet harian.
Meskipun demikian kurang dari setengah pengguna internet Indonesia menghabiskan tiga jam atau lebih untuk berseluncur di internet setiap harinya, atau dengan kata lain ini sudah cukup untuk menempatkan mereka ke dalam kategori “netizen” yang tidak resmi dari mereka yang sangat aktif secara online dan membentuk segmen penting sebagai online shoppers (orang yang berbelanja secara online), data ini didapat dari riset pasar yang dilakukan Markplus Insight. Di Vietnam, negara dengan pasar e-commerce yang lebih kecil, sekitar 62% pengguna internet menghabiskan rata-rata tiga jam atau lebih untuk berseluncur di website setiap harinya. Dan waktu rata-rata yang dihabiskan oleh warga China dengan total pengguna internet 618 juta orang adalah 3.6 jam setiap harinya.
Salah satu isu utama dalam perkembangan e Commmerce di Indonesia Pengguna internet Indonesia lebih suka berbelanja online melalui BBM group, iklan baris, forum, dan media sosial seperti Facebook dimana mereka bisa berinteraksi dengan penjualnya secara langsung. Hanya 20% pengguna internet Indonesia yang lebih suka berbelanja pada website belanja online yang tradisional (website yang menyediakan shopping cart untuk berbelanja, bukan melalui BBM ataupun media sosial lain).
Indonesia memang menjadi magnet buat pemain e-commerce global. Dengan ranah media sosial yang riuh, bisnis e-commerce memang tampak empuk. Apalagi dengan penetrasi internet yang masih sepertiga dari jumlah penduduknya. Peluangnya masih terbuka luas. Meskipun begitu, pada tahun 2012, pemain DDS berskala kecil satu per satu mulai berguguran di tengah sengitnya persaingan perebutan pangsa pasar e-commerce. Saat ini tren e-commerce bergeser ke arah marketplace, dengan bermunculannya pemain-pemain baru seperti Rakuten, Blibli.com, Lazada, Zalora, dan situs-situs sejenis lainnya.
Baru baru ini perusahaan rintisan bidang e-commerce Shopious mengumumkan tutup. Menurut pendiri Shopious Aditya Herlambang, tutupnya Shopius bukan karena mereka kehabisan dana atau tidak bisa mendapatkan penyuntik modal. ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia mengecewakan. Pasalnya, e-commerce tidak berkompetisi dengan kualitas produk tapi dengan banyaknya bonus yang memanjakan konsumen, seperti layanan diskon, pembebasan ongkos kirim, hingga perang harga. Alhasil, mereka yang bertahan adalah yang membakar uang paling banyak.
Ini berarti raksasa e-commerce seperti eBay, Rakuten, dan Sukamart atau lembaga e-commerse lain yang beroperasi di indonesia harus menyesuaikan strategi tradisional mereka untuk dapat bisa bertahan dalam perebutan pangsa pasar seiring pesatnya pengunaan internet di Indonesia.


Sumber :
http://miladipayanti.blogspot.co.id/2015/06/perbedaan-e-commerce-dengan-retail.html
http://www.marketing.co.id/situs-daily-deals-cara-cepat-memasarkan-produk/
http://www.marketing.co.id/geliat-e-commerce-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Iklan_baris